Sebuah Perenungan
Saya memiliki mimpi! Semua orang memiliki mimpi! Semua orang boleh bermimpi! Dan sudah seyogyanya semua orang HARUS bermimpi!
Kenapa kita harus bermimpi ? Karena dengan bermimpi kita sudah pasti sedang membayangkan segala hal yang ingin kita raih, bahkan tujuan hidup juga.
Lalu bagaimana dengan saya ? Saya memiliki mimpi yang banyak. Dan yang akan saya ceritakan disini adalah, mimpi terbaru saya.
Dimulai dari awal tahun 2016 ketika saya menyusun resolusi hidup di tahun ini. Saya merencanakan dan memimpikan bahwa di tahun 2016 saya akan memaksimalkan potensi diri saya dan memulai melamar pekerjaan baru. Sehingga di tahun 2017 saya sudah berada di tempat kerja baru , dengan suasana, tantangan dan teman-teman yang baru. Lalu apa yang terjadi kemudian ?
Dari sekian banyak lamaran pekerjaan yang saya apply , puji Tuhan hampir semuanya saya diizinkan Tuhan sampai di tes wawancara akhir. Dan ada salah satu intansi pemerintah yang sungguh saya tidak pernah menduga bahwa saya akan mencapai sampai tes akhir. Optimis ? Jelas! Saya sangat optimis untuk bisa masuk kesana, karena seluruh rangkaian tes sudah saya lalui dengan baik.
Namun, seketika mimpi itu hancur berkeping-keping. Tak kuasa menahan tangis di pelupuk mata mengetahui bahwa mimpi itu hanya sekedar mimpi. Berjalan dengan lemas dan akhirnya terduduk diam di hadapan teman tanpa mengatakan apa-apa. Pelukan dan kalimat-kalimat positif mereka lontarkan pada saya untuk menguatkan saya bahwa everythung gonna be alright .
Ada beberapa hal yang bisa saya ambil dari peristiwa ini ,
1. Hidup adalah gelanggang pertandingan
Seperti ada tertulis " Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!"
Saya sedang dalam gelanggang pertandingan, saya adalah atletnya dan Tuhan adalah pelatihnya. Untuk menjadi atlet yang baik maka saya harus dilatih. Maka semua hal mengenai proses rekrutmen yang saya jalani, segala pencapaian tersebut adalah latihan. Semua impian yang saya miliki , akan menjadi kesempatan untuk saya melihat bagaimana kehendakNya bekerja. Saya harus tetap beriman kepadaNya. Bukan hanya beriman agar semua impian terwujud, tetapi juga beriman bahwa Dia akan selalu memberikan yang terbaik, tidak pernah lalai dan penuh kuasa.
Klise ? Tentu iya. Tapi apakah dengan larut dalam kesedihan dan kekecewaan akan membuat hidup saya lebih baik? Tentu tidak.
2. Tidak anti terhadap kegagalan dan kekecewaan
Saya tahu bahwa setiap impian juga memiliki kemungkinan gagal. Kecewa, menyakitkan, kepahitan, luka, malu dan terhina adalah perasaan-perasaan yang timbul ketika kegagalan menghampiri. Hingga akhirnya terbersit di pikiran saya bahwa "mendingan dari awal gak usah nyoba sama sekali daripada gagal lagi."
Jangan ditanya seberapa banyak gagal dan kecewa nya saya ketika berharap akan sesuatu, begitu juga dengan kalian bukan? Tapi ketika gagal dan kecewa , kemudian ingin menyerah coba lihat kedalam diri kita, pencapaian-pencapaian yang kita miliki hingga saat ini. Kalau kita anti dengan gagal dan kecewa, atau memilih berhenti dan menyerah kemarin mungkinkah kita bisa memiliki pencapaian seperti sekarang ?
"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang" Demikian tutur Amsal Sang Bijak.
Jadi ayok tetap katakan bahwa AKU AKAN TETAP MENCOBA MENCAPAINYA!
Tulisan ini saya buat untuk menguatkan diri saya sendiri, dan juga untuk kalian yang mungkin sedang merasakan hal yang sama seperti saya.
Percayalah bahwa Tuhan yang mampu menolong kita kemarin adalah PRIBADI yang sama yang akan menolong dan memampukan kita juga untuk saat ini dan hari-hari kedepan!
Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
0 komentar: