Ini tentang Patah

22.48 Memelisa 0 Comments

Adalah rasa yang pasti setiap orang pernah merasakan dan mengalaminya. Adalah rasa yang perlu kita kenali. Tetap harus kita hadapi, peluk dan dijadikan sebuah pengalaman dalam perjalanan hidup.

Patah tak melulu soal manusia sebab apa saja dapat mengalaminya. Seperti hal nya kursi goyang milik ayah saya dirumah, sudah tidak dapat digunakan lagi karena patah.

Banyak orang yang menghubungkan kata patah dengan cinta dan hati. Seperti yang sering kita dengar yaitu kata "patah hati". Sering juga mereka mendeskripsikan kata patah dengan kehilangan atau ada sesuatu yang terlepas dari dalam dirimu. Padahal patah tak melulu soal cinta. Patah tak melulu soal hati, karena semangat pun bisa patah.

Lalu bagaimana dengan saya? Kalau mendengar kata patah saya jadi teringat akan Ayah. Beliau telah sukses membuat Mama, Kakak-kakak, dan saya patah (hati) yang begitu dalam sehingga tidak dapat dijelaskan. Memang Ayah sudah pergi  tepat 2 tahun di bulan ini, tetapi rasa patah itu masih ada. Sampai terkadang saya menyadari bahwa sulit untuk menyembuhkan rasa patah tersebut dari kami keluarga yang ditinggalkannya.

Ketika Ayah meninggal, kami keluarga terutama Ibu seperti kehilangan sesuatu yang tidak dapat saya jelaskan. Tersirat jelas di matanya rasa kehilangan tersebut, bahkan hingga hari ini di malam hari saya kadang mendengar seruan tangis dan doa Ibu kepada Sang Empunya Hidup. Saya lalu melihat bahwa rasa patah (hati) atau kehilangan atau semacamnya itu nantinya memang akan terjadi dalam diri kita. Terutama ketika kita kehilangan orang yang begitu kita cintai. Maka, berhati-hatilah dengan cinta!

Bukan bermaksud menghindarkan kamu dari perasaan cinta, tetapi bagaimana kita harus mengenal cinta yang kita pupuk tersebut bahwa diakhirnya akan ada konsekuensi besar. Karena suatu hari nanti kita akan kehilangan orang yang kita cintai, disadari atau tidak pasti akan selesai. Yang akhirnya membuat kita rapuh, dan patah!

Tetapi apakah ketika kita telah rapuh dan patah lantas kita tidak akan pernah sembuh? Atau apakah ketika kita kehilangan seseorang yang begitu kita cintai sebenarnya mereka tidak pernah hilang sepenuhnya dari dalam diri kita? Saya sendiri tidak tahu pasti. Karena hingga saat ini saya masih terus belajar untuk mengenali rasa patah dan belajar untuk mengendalikan efek dari rasa patah tersebut.

Hal lain yang harus disadari adalah, ketika kita harus kehilangan orang yang kita cintai, dan itu harus selesai. Itu bukan salah kamu! Itu bukan salah saya! Itu bukan salah kita yang menjalaninya! Melainkan karena Tuhan dan waktu yang mengijinkannya.

Sekali lagi jangan pernah jauhi cinta, tetapi persiapkanlah dirimu untuk lebih mengenal rasa patah tersebut. Dan sebelum rasa patah itu datang, cintailah dan kasihilah seseorang dengan sungguh-sungguh. Karena kamu tidak akan pernah tau kapan rasa itu akan datang.

0 komentar: