Belajar Mengasihi dan Mengampuni

Belajar Mengasihi dan Mengampuni

Sabtu kemarin tiba-tiba saya kembali teringat kepada seseorang yang pernah menyakiti saya. Kembali teringat akan semua yang pernah dikatakan dan dilakukannya kepada saya. Peristiwa itu bermula dari +/- 2 tahun yang lalu , dan kadang masih sering berlanjut hingga sekarang. Karena menurut saya ini sudah

Menata Hati

Menata Hati

Belum bisa menerima, Belum bisa menghadapi. Pas buka mata selalu teringat terngiang dan terputar sempurna di kepala dari awal sampai akhir.Sepertinya hatiku yang tak cukup melar untuk belajar menerima, menghadapi dan menjalani setiap proses yang ada saat ini.Tapi kalau hati masih belum bisa menerima

Dari aku yang sedang mendung ---

Dari aku yang sedang mendung ---

Akhir-akhir ini saya banyak merenungkan tentang pilihan-pilihan hidup.Tentang bagaimana aku memilih untuk mengingat kepada seseorang yang sama di ingatan yang paling pertama ketika aku bangun tidur. Adalah sebuah pilihan untuk membangun rumah bersama, bermain bersama, berjalan berdua bersama, mau tinggal atau pergi. Tuhan menciptakan

Mencari Kekasih

Mencari Kekasih

Hei, Aku seorang gadis yang tengah asik bermain Aku seorang gadis yang tengah asik merajut mimpi Kemudian tanpa disadari waktu begitu cepat berlalu Seakan aku kehilangan waktu, Usia sudah menginjak seperempat abad Kini waktunya mencari kekasih Bukan lagi mencari jati diri Aku mencari kekasih

Mungkin memang tanpa getaran

Mungkin memang tanpa getaran

Menjalani hubungan tanpa getaran itu seperti? Ketika kamu ditanya lalu hanya diam saja. Kamu memandang kesisi lain padahal jelas saya ada disampingmu. Tapi meskipun kamu hanya diam, saya tetap suka. Sesungguhnya saya masih tidak mengerti jalan pikiranmu. Karena bagi saya menjalan segala sesuatu

Tidak mudah

Tidak mudah

Tidak mudah memang melupakanmu.  Butuh proses yang sepertinya harus agak panjang untuk melupakanmu. Namun, apalah artinya aku bertahan dalam perasaan yang kamu sendiri pun sudah tak lagi perjuangkan. Apalah artinya bertahan dalam perasaan yang pada akhirnya hanya membuat rasa tak karuan dalam hati.

Ia adalah

Ia adalah

Batas itu bukan jarak. Ia hanya seperti kata cukup yang mengisyaratkan sesuatu hanya sampai di sini.  Batas itu kemudian seperti mengingatkan bahwa, ada masa kita pernah bersama. Mengingatkan kita bahwa kita pernah mencinta tanpa "batas" itu. Tapi kini semua tak lagi sama. Kita