Belum bisa menerima, Belum bisa menghadapi. Pas buka mata selalu teringat terngiang dan terputar sempurna di kepala dari awal sampai akhir.
Sepertinya hatiku yang tak cukup melar untuk belajar menerima, menghadapi dan menjalani setiap proses yang ada saat ini.
Tapi kalau hati masih belum bisa menerima atau memfilter sesuatu , jadi fungsinya apa ?
Tetiba jadi kepikiran, apa iya salah satu fungsi hati adalah itu ? Kayaknya sih enggak juga.
Lalu saya mencoba membiarkan hati melihat dan merasa dalam kondisi seperti itu, dan aku menyebutnya sebagai kegelapan.
Aku membiarkan dia memilih, memilih untuk terus dalam gelap atau mencari terang atau mencari tenang atau berdamai dengan semua itu.
Lalu kalau ternyata hatiku betah untuk tetap berada dalam gelap, yaudah aku biarin aja.
Aku percaya bahwa hati itu cerdas, hati itu ingin belajar dan mengajar kita.
Karena sebenarnya hati itu ga takut sama gelap, tapi aku yang takut sama gelap.
Hati itu ga takut bergaul dan berdamai dengan ketidaksempurnaan, tapi aku yang takut dengan ketidaksempurnaan.
Hati yang cerdas mau mencium luka dan mengampuni.
Hati yang cerdas mau meminum lukanya berlimpah-limpah. Menyicip darahnya sendiri. Membalutnya teratur.
Hati yang cerdas tidak perlu buru-buru menjadi sembuh. Karena ia menghargai proses.
Ah, aku harus belajar banyak dari hati ku nih.
Semoga aku bisa , dan kalian semua bisa .
#dari aku yang sedang belajar untuk menata hati
Menjalani hubungan tanpa getaran itu seperti?
Ketika kamu ditanya lalu hanya diam saja. Kamu memandang kesisi lain padahal jelas saya ada disampingmu. Tapi meskipun kamu hanya diam, saya tetap suka.
Sesungguhnya saya masih tidak mengerti jalan pikiranmu. Karena bagi saya menjalan segala sesuatu tanpa "getaran" itu sulit, apalagi menjalani hubungan yang dimana adalah dua orang sedang belajar untuk menjadi satu.
Dan ketidakmengertian ini saya takutkan akan membuat saya menjadi orang yang paling penakut. Saya tidak bisa maksimal mencintai kamu kalau saya masih tidak bisa mengerti jalan pikiranmu.
Dan kalau mencintaimu membuatku menjadi takut, jelas saya tidak mau.
Karena ketika hanya saya saja yang memiliki getaran itu dan kamu tidak. Bukankah itu bisa menjadi sebuah alasan kelak untuk sebuah perpisahan?
Saya tidak menginginkan hal itu terjadi. Tidak lagi untuk perpisahan, saya mohon.
Saya berusaha untuk menjelaskan apa yang saya rasakan, saya inginkan dan apa yang saya bayangkan dalam hubungan ini. Tapi kamu masih diam dan memalingkan wajah ke sisi lain lagi.
Saya memelukmu dari belakang, berharap kamu bisa merasakan getaran dari dalam dada ini. Lalu kamu memandang kebelakang, dan kini kita saling melihat. Saya menatap matamu dalam, mencari sendiri getaran itu disana. Siapa tahu selama ini kamu menyembunyikan getaran itu disana , hanya saja terlalu malu untuk menunjukkannya.
---------------------------
Belum ketemu atau mungkin memang tidak ketemu.
Tidak mudah memang melupakanmu.
Butuh proses yang sepertinya harus agak panjang untuk melupakanmu.
Namun, apalah artinya aku bertahan dalam perasaan yang kamu sendiri pun sudah tak lagi perjuangkan.
Apalah artinya bertahan dalam perasaan yang pada akhirnya hanya membuat rasa tak karuan dalam hati.
Apalah artinya menjaga harapan yang kutahu ujungnya hanya melahirkan sesak dalam dada kemudian.
Tidak mudah memang melupakanmu.
Seseorang yang pernah kukenal dengan perasaan terdalam.
Ah sepertinya aku terjatuh terlalu dalam kali ini.
Orang yang dulu begitu baik, namun nyatanya melukai kemudian.
Dan dengan seenaknya berkata "Yang aku ingin hanya melupakanmu"
Dalam hati aku berkata brengsek bagaimana mungkin aku tiba-tiba menghilangkanmu dari ingatan?
Tapi sekali lagi, segala hal ternyata sudah berakhir. Kau sudah selayaknya untuk ditinggalkan. Meski membuat luka yang membekas di hati. Hanya saja, barangkali luka ini adalah bagian dari hidupku yang memang harus dijalani.
Aku hanya ingin pindah. Tapi aku tidak bisa secepat yang kau katakan itu brengsek.
Aku pasti akan merangkak sedikit demi sedikit. Dan melangkahkan kaki dengan langkah kecil.
Jangan datang lagi! Sekalipun hanya lewat mimpi, aku mohon padamu jangan datang lagi!
Setidaknya sampai semua perasaan ini benar-benar biasa saja kembali.
Kamu sudah memutuskan hal yang telah kujaga dengan sungguh.
Punya ruangan kerja sendiri untuk menulis dan membaca adalah sebuah keistimewaan.
Tenang. Sunyi. Senyap . Yang ada hanya saya dan buku harian atau layar komputer.
Dalam menghasilkan suatu karya , saya harus berada dalam mood yang tepat sehingga saya bisa mempersiapkan karya tersebut agar lahir dengan apik.
Pertama adalah kesunyian.
Bagi saya di dalam kesunyian ada sebuah kelonggaran disana. Kelonggaran tersebut akan memberikan kelegaan. Barangkali rasanya seperti saat engkau mendapatkan panggilan alam di pagi hari dan mengeluarkannya di dalam toilet. Tentulah rasanya puas dan lega bukan?!
Kedua adalah kesendirian. Belajar untuk tidak takut ketika sendiri adalah hal yang penting. Karena sering kali di dalam kesendirian, banyak orang merasa ditinggalkan, dikucilkan bahkan akhirnya memilih mati bunuh diri. Padahal bagiku kesendirian adalah waktu luang untuk dapat berbicara kepada dirimu dan hatimu. Engkau akan semakin mengenal, memeluk, bahkan juga sesekali berbenah. Tapi sekali lagi bicara soal berbenah, cenderung banyak orang yang tidak siap untuk "menemukan" setumpuk hal-hal kotor di dalam dirinya. Padahal itu juga adalah bagian dari dirinya.
Sering kali orang ketika sadar bahwa bagian-bagian kotor itu harusnya dibenahi , malahan mereka lari dan mencari sesuatu untuk menutupinya atau bahkan menguburnya dalam-dalam. Padahal harusnya bagian itu diperbaiki!
Dan kemudian saya teringat dengan quote sederhana tentang sunyi dan sendiri ,,
well, there's something really rewarding about being alone in a room and writing and feeling like you're doing something really special." - Alex Ebert