"Jatuh Cinta"

01.39 Memelisa 0 Comments

Kenapa disebut "jatuh cinta" kenapa bukan "saling cinta" , "menjadi cinta", "bangun cinta" atau "bangkit cinta" . Pertanyaan ini ternyata tertulis dalam salah satu buku harian saya, dan saya mencoba untuk menuliskannya lagi disini.

Saya bertanya kepada beberapa teman di kantor, menurut kalian apa sih jatuh cinta itu. Lalu kenapa disebut dengan "jatuh cinta" bukan "menjadi cinta" . Ada banyak sekali jawaban dari mereka. Dan ada salah satu dari mereka yang menjawab demikian "Kan namanya jatuh cinta mel, jadi berani sakit ketika memutuskan untuk mencintai seseorang" Waw, sungguh jawaban yang berani dan straight to the point bukan!



Kemudian saya mencoba mencari di wikipedia tentang definisi "jatuh cinta" dan tertulis seperti ini :

In romantic relationships, falling in love is mainly a Western concept of moving from a feeling of neutrality towards a person to one of love. The use of the term "fall" implies that the process is in some way inevitable, uncontrollable, risky, irreversible, and that it puts the lover in a state of vulnerability.

Kira-kira begini terjemahannya, "jatuh cinta" adalah sebuah konsep yang mengubah perasaan netral seseorang kepada seseorang lainnya karena cinta. Kata "jatuh" sendiri menyiratkan sebuah proses yang tidak terelakkan dimana adanya tindakan/perasaan/pikiran/perkataan tidak terkontrol, beresiko, ireversibel dan kita akan menempatkan orang yang kita cintai dalam keadaan rentan. 

Istilah "jatuh cinta" sering digunakan orang untuk mengungkapkan perasaan yang kuat terhadap seseorang. Kata "jatuh" sendiri terjadi ketika seseorang kehilangan keseimbangan atau tidak memiliki pertahanan yang kuat. Maka ketika kita tidak bisa mengontrol perasaan cinta, kita akan selalu "jatuh".

Ketika saya tidak punya pertahanan yang kuat akan perasaan cinta maka saya akan"jatuh cinta". Begitu juga dengan kekasih saya, apabila ia "jatuh cinta" kepada saya maka ia tidak punya pertahanan yang kuat.

Analogi tentang "jatuh" ini dapat kita lihat pada seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan. Awal mulanya dia merangkak, kemudian dia ingin berjalan. Ketika berjalan pun ia akan sering "jatuh". Tetapi karena ia memiliki keinginan untuk bisa berjalan maka ia rela untuk "jatuh". Karena kalau ia tidak "jatuh" maka sampai kapanpun ia tidak akan bisa berjalan.

"Jatuh cinta" mengandung resiko, diterima atau tidak diterima. Luka, sakit hati, kecewa sudah menunggu didepan mata sebagai resiko dari "jatuh cinta". Tetapi kebahagiaan juga menanti didepan mata ketika menjalani hubungan akibat dari "jatuh cinta".

Jadi kesimpulannya adalah,

Ketika "jatuh" sudah resiko kamu akan terluka dan merasa sakit. Tetapi sadarilah bahwa tanpa "jatuh" dan menjadi "luka" sampai kapanpun kamu tidak akan pernah belajar sesuatu.


Lebih menyenangkan "jatuh cinta" kepada seseorang daripada "jatuh cinta" kepada obat-obatan terlarang ataupun minuman keras.

Apabila "jatuh cinta" membuatmu merasakan luka dan sakit ingatlah  bahwa itu bukan akhir dari hidupmu. Itu adalah fase hidup, maka belajarlah!

Setelah "jatuh" kemudian merasa luka dan sakit, maka belajarlah untuk membalut dan menyembuhkan lukamu itu sendiri atau dengan bantuan orang lain. Tapi ingat jangan gantungkan sepenuhnya pemulihan luka dan sakit hatimu itu kepada orang lain. 

Beranilah untuk "jatuh cinta" lagi sekalipun kamu pernah merasa luka dan sakit.

Percayalah kata hatimu sendiri, jangan terlalu percaya kata-kata orang lain!


0 komentar: