kamu kira kamu taat?

04.39 Memelisa 0 Comments

TAAT, suatu kata yang nampaknya sudah sangat sering kita dengar. Ibarat barang yang awalnya sangat kita idam-idamkan, saat mendapatkannya kita sangat bersyukur, kemudian kita berkomitmen untuk menjaganya dengan sebaik-baiknya, hari-hari pun berlalu, akhirnya barang itu menjadi biasa saja dan relatif kurang bernilai jika dibanding dengan ketika pertama kali mendapatkannya. Demikian halnya dengan suatu kata, semakin sering kata itu didengar, semakin meredup pula makna dan esensi dari kata itu di dalam hati pendengarnya. Inilah yang juga saya rasakan. Untuk rentang waktu yang cukup lama, kata “taat” terdengar biasa saja dan kurang tajam di hati saya.

Hingga suatu waktu, saya harus membawakan firman mengenai KETAATAN. Saya tidak pernah menyiapkan ini sebelumnya tetapi entah kenapa, selagi saya berbicara menyampaikan firman, tiba-tiba ada dorongan dari dalam yang mengingatkan saya akan perkataan Yesus. Dorongan itulah yang saya yakini sebagai kehendak Tuhan yang ingin Dia sampaikan kepada anak-anakNya. Perkataan itu adalah:

Matius 5 : 46-47
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila Engkau hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?

Izinkan saya menarik benang merah antara ayat ini dengan KETAATAN…
Apabila kamu melayani Tuhan HANYA dengan sesuatu yang memang menyenangkan bagimu,APAKAH UPAHMU? Semua orang juga bisa melakukannya…

Orang yang hobi bermusik melayani sebagai pelayan mimbar… wajar
Orang yang suka multimedia melayani di bidang multimedia… wajar
Orang yang suka eksis melayani sebagai pembicara… wajar
Orang yang senang rame-rame selalu rajin ikut persekutuan… wajar

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Tuhan tidak akan menghargai pelayanan itu. Saya yakin pelayanan sekecil apapun berharga di mata Tuhan. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah,APAKAH ITU BERBEDA DENGAN DUNIA? PUASKAH ENGKAU BERADA DI LEVEL KETAATAN ITU?
Di dalam doa, kita sering berkata, “tidak ingin yang BIASA-BIASA SAJA, saya ingin yang LUAR BIASA”. Apakah biasa-biasa saja itu?
Biasa-biasa saja adalah sesuatu yang semua orang bisa lakukan.

Mari kita belajar dari tokoh-tokoh yang keTAATannya dicatat dalam Alkitab ini:
Nuh yang taat membangun bahtera walaupun nampak sangat tidak masuk akal. Tidak ada angin, tidak ada hujan, diolok-olok, harus membuat bahteranya di atas gunung pula…Bayangkan rasa malas dan capeknya! (Kejadian 6:9-22)
Yesaya yang taat untuk berjalan telanjang selama 3 tahun sebagai nubuatan bagi Mesir dan Etiopia. Mending kalau ada yang bertobat. Bayangkan kalau kita yang diminta Tuhan untuk telanjang, bayangkan rasa malu itu! (Yesaya 20)
Yehezkiel yang taat untuk membakar makanannnya di atas kotoran lembu, juga sebagai bentuk nubuatan. Bayangkan rasa jijik itu! (Yehezkiel 4)
Maria yang taat untuk mengandung Yesus walaupun hari-harinya dipenuhi rasa malu dan rasa takut dirajam karena tuduhan berzinah. Bayangkan rasa gentar yang dia rasakan!

Dari kisah-kisah ini, mari kita memaknai ulang apa arti keTAATan itu…
Bagi saya, ketaatan adalah kesediaan untuk tetap melakukan apa yang Roh Kudus katakan di dalam hati nurani kita walaupun segenap pikiran, perasaan, daging, gengsi, dan emosi kita menolak untuk melakukannya. Jadi kalau semua terasa menyenangkan, tidak ada perlawanan dari dalam diri,mungkin saja itu bukan ketaatan yang sejati.

Lalu, apa aplikasi ketaatan dalam kehidupan kita sehari-hari? Oh, sangat banyak…
Namun, saat ini izinkan saya untuk mengambil satu saja contoh ladang kita untuk berlatih menjadi taat, yakni NGE-DANUS

Sudah menjadi budaya di persekutuan kita bahwa panitia akan mencari dana dengan BERJUALAN.Kadang jualan kue di kelas-kelas, kadang jualan kue di perumahan, kadang jualan bunga, kadang jualan baju bekas. Pertanyaan bagi kita, sudahkah kita TAAT dalam panggilan ini?

Saya sangat sependapat dengan engkau. Nge-danus itu memang panas, capek, malas, lapar, dan sebagainya. Selain itu, bangun pagi-pagi untuk nge-danus juga merupakan peperangan rohaniyang sangat berat. Bukan cuma engkau…, saya pun, dan mungkin semua orang juga malas nge-danus.

Namun… Lihatlah! Ini bukan tentang seberapa ngantuk, capek, atau malasnya engkau, bukan tentang seberapapanasnya terik mentari, atau seberapa banyak tugas yang sebenarnya bisa kau pending, ini adalah tentang KETAATAN… Apa yang Roh di dalam hati nuranimu katakan saat ajakan ngedanus itu dengan rendah hati disampaikan padamu? Apakah yang Tuhan tuturkan kepadamu saat teman-temanmu mengajak engkau dan sangat berharap engkau untuk ikut? Apakah engkau pernah membayangkan perjuangan mereka yang nge-danus sementara engkau berada di kamarmu yang nyaman?

Kau mungkin berkata, “saya kan sudah melakukan ini, saya kan ada kesibukan ini, jadi wajar dong ga ikut danus”. Engkau mungkin bisa mencari pembenaran-pembenaran yang rasional sehinggaJIWAMU merasa tenang ketika tidak ikut nge-danus. Tetapi… yang saya ingin tanyakan adalah, apakah yang ROHMU katakan? (karena roh dan jiwa tidaklah sama). Kalau saya, setiap kali menolak untuk nge-danus, rasanya seperti ada perasaan bersalah, walaupun segenap rasio saya mengatakan bahwa menolak ikut danus adalah sangat-sangat masuk akal, namun Roh saya mengatakan yang sebaliknya.
Rasa bersalah terkadang menjadi pertanda bahwa itu adalah suara Tuhan… namun iblis dapat mengubahnya menjadi intimidasi, jadi mintalah hikmat untuk mengendalikan rasa bersalahmu

Saya tidak bermaksud mengintimidasi engkau, jauhlah dari saya perbuatan itu. Apa yang saya ingin kita pikirkan adalah, sudahkah kita taat pada “suara” Tuhan? Apakah kita kenal "suara"-Nya

Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu. Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. (Ibrani 3:15 dan Yakobus 2:26)

Sebenarnya masih banyak sekali ladang buat kita berlatih untuk taat, nge-danus hanyalah salah satu contoh…
Sudahkah engkau belajar dengan penuh tanggungjawab, sudahkah engkau menginjili, sudahkah engkau membaca Alkitab dengan rutin, sudahkah engkau membenahi kedisiplinan PA-mu, sudahkah engkau mengampuni, sudahkah engkau mengendalikan bibir dan emosimu ketika hatimu tersakiti?

Susaaaah? Tentu sajaaa…
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah (mencambuk) orang yang diakui-Nya sebagai anak. (Ibrani 12:6)

Ayo!!! Jangan mau biasa-biasa saja, jadilah luar biasa. Latihlah dirimu untuk TAAT!!!
Ingat, akhir zaman sudah dekat. Mungkin saja kita adalah generasi terakhir.

Jika kemalasanmu saja tidak bisa kamu lawan, jika kenyamanan pribadimu tidak bisa kau korbankan, bagaimana mungkin kau siap mengorbankan nyawamu??? Bisa-bisa kau sama seperti Petrus yang menyangkal Yesus ketika nyawamu terancam…

Kau bisa saja mengaku beriman pada saat ini, tetapi bukan itu yang menentukan keselamatanmu… semuanya akan ditentukan dalam detik-detik terakhir dalam hidupmu… Apakah kau teguh memegang imanmu hingga akhir ataukah kau mati sebagai orang yang menyangkal Yesus (karena kau kurang berlatih untuk TAAT)

Jangan puas dengan level rohanimu yang sekarang, teruslah bertumbuh!!!

-Alangkah indahnya jika badan dan kerja kerasmu seperti Marta tetapi di saat yang sama telinga dan hatimu seperti Maria-

Jadi, sudahkah engkau taat??? Think again!!!

Soli Deo Gloria…
JBU

*sumber : fb*

0 komentar: